Kenapa Naskah Buku yang Kukirim Ditolak (Lagi)?

Categories: Tip Menulis
No Comments

Pernah nggak naskah buku yang sudah kamu tulis ditolak penerbit mayor berulang kali sampai kamu merasa frustrasi? Bahkan saking kecewanya, kamu sampai mengalami writer’s block? Bukan cuma buntu mau nulis apa, tapi juga langsung nge-block penerbit yang bersangkutan!

“Secara, Mbak, aku udah nulis siang malem, eh malah ditolak. Lagian, naskahku ini kan udah oke banget!” kata si penulis A yang bukunya sudah terbit di mana-mana, dan punya nama seterkenal JKT 48 merasa keberatan.

Perlu kamu tahu, Dear, penerbit umumnya memakai empat dasar pertimbangan dalam menyeleksi naskah. Seperti dikatakan Pamusuk Eneste, di antaranya yaitu isi naskah, nama pengarang, calon konsumen, dan tren pasar. Mari kita lihat satu per satu.

4 Pertimbangan Penerbit Buku Menerima Naskah Buku untuk Diterbitkan

Isi naskah

Naskah yang bagus menurut penerbit A, belum tentu baik diterima oleh penerbit C. Setiap penerbit memiliki selera dan standar naskahnya masing-masing. Penulis tidak perlu gelisah soal itu.

Tugasmu adalah menulis. Ketika tulisanmu sudah selesai, cobalah kenali penerbit, dan juga naskahmu sendiri. Dari pertimbangan itulah, kamu bisa menentukan ke mana ada peluang naskah buku yang sudah kamu tulis mungkin bisa terbit.

Ini juga sangat berguna untuk meminimalisir peluang naskahmu ditolak. Jangan sampai kamu mengirimkan naskah autobiografi (misalnya) ke penerbit yang tidak menerima jenis naskah itu. Tentu, kamu tahu dong jawaban yang pastinya bakal kamu terima?

Ketentuan dan syarat kirim naskah buku ke Penerbit Stiletto Book sendiri sudah ada kan? Kamu bisa membacanya dengan saksama.

Selain itu, kamu juga bisa menemukan FAQ terkait penerbitan buku mayor di Instagram Stiletto Book dengan menelusuri tagar #FAQStilettoBook. Jika pertanyaanmu masih belum ada dalam tagar tersebut, kamu bisa langsung bertanya melalui akun-akun media sosial Stiletto.

Nama pengarang

Nama pengarang bisa dilihat dari biodata yang penulis sertakan dalam naskah. Jadi, buatlah CV-mu selengkap dan semenarik mungkin, ya. Bisa jadi lo editor bakal berkunjung ke akun media sosial ataupun blogmu hanya untuk tahu lebih jauh. “Siapa sih yang bakal bekerja-sama dengannya? Bagaimana karaktermu? Apa saja prestasi yang pernah dicapai?” Dan seterusnya.

Ini menyangkut bagaimana editor harus bisa melihat potensi naskahmu. Bisa jadi kan naskahmu berpotensi jadi bagus jika direvisi ini dan itu.

Nah, di situlah poin penting editor ingin tahu karaktermu. Apakah kamu tipe penulis yang gampang, penulis yang sulit atau penulis yang gampang-gampang sulit. Namun, tidak lantas editor hanya mencari penulis yang gampang-gampang saja. Bisa jadi penulis yang sulit pun justru memiliki poin yang patut dinilai lebih.

Kenapa Naskah Buku yang Kukirim Ditolak (Lagi)?

Calon Konsumen

Apakah naskah buku yang sudah kamu tulis memiliki calon pembaca yang luas? Atau malah hanya bisa dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja?

Ini penting buat penulis untuk mengenali calon pembacanya. Jika sasaran pembaca bukumu adalah remaja, tentunya jangan membuat adegan-adegan vulgar di dalamnya. Pengenalan calon pembaca juga penting untuk menentukan gaya bahasa yang akan dipakai sehingga naskahmu akan terlihat freshdan up to date.

Tren Pasar

Ada penerbit yang mengikuti arus musiman (tren pasar). Ketika jenis novel roman sedang naik daun, maka naskah yang di-ACC lebih banyak roman daripada jenis lainnya. Begitu pun dengan isu. Penerbit biasanya mencari naskah-naskah yang mengangkat isu yang sedang hangat di pasaran.

Namun, penulis tidak perlu risau akan hal ini. Tugasmu adalah menulis. Tidak perlu juga melepas idealismemu demi mengikuti kemauan pasar, jika kamu keberatan. Kamu boleh menawarkan naskah spekulatif. Jika cara penulisan naskahmu bagus, tentu akan menjadi pertimbangan lain bagi editor.

Tapi ingat, seperti tadi dijelaskan di atas, kenali dulu penerbitnya. Apakah penerbit tujuanmu menerbitkan jenis naskah yang kamu tulis?


Kalau kamu merasa 4 hal di atas telah terpenuhi dengan baik, tapi naskah buku yang kamu tulis tetap ditolak banyak penerbit, berarti sekaranglah waktunya untuk berlatih menulis lagi dan lagi.

Banyak membaca buku juga sangat penting untuk pengayaan, karena dengan membaca, kita bisa tahu naskah seperti apa yang memang bagus dan layak untuk diterbitkan. Selain itu, membaca buku juga akan memperkaya wawasan kita, memperluas daya imajinasi kita, dan akhirnya … terkumpullah inspirasi untuk menulis lagi.

Jadi, kalau kemarin naskah buku kamu masih belum diterbitkan Stiletto Book, yuk coba peruntungan lagi, siapa tahu kali ini lolos seleksi, kan?

Your Thoughts