
Banyak penulis yang lebih berminat menulis dan memiliki impian untuk menerbitkan buku fiksi seperti novel dan kumpulan cerpen, walaupun ada beberapa yang memang memutuskan untuk menulis buku nonfiksi saja.
Golongan terakhir ini biasanya justru berisi penulis profesional yang mata pencahariannya memang berasal dari kegiatan menulis. Mereka tertarik untuk menulis buku nonfiksi, selain karena minat, juga karena melihat peluang bahwa buku nonfiksi ternyata mampu bertahan lebih lama di rak toko buku dengan penjualan yang lebih stabil.
Buku nonfiksi dibeli oleh pembaca karena mereka membutuhkan buku tersebut sebagai buku panduan atau untuk referensi.

Nah, supaya buku nonfiksi kita menjadi buku yang menjadi daftar beli pembaca, maka kita harus mengenali kebutuhan pasar, memberikan tema dan kemasan yang menarik.
Mungkin sebagian penulis mengira kalau menulis buku nonfiksi itu rumit, atau justru bingung bagaimana harus memulainya. Padahal menulis buku nonfiksi itu juga menyenangkan lo! Kita juga bisa membuat buku nonfiksi yang menarik.
Intip yuk, langkah cantik apa saja sih yang harus dilakukan untuk menulis buku nonfiksi?

1. Menemukan ide
Untuk menggali ide buku nonfiksi, kamu bisa coba cara-cara berikut: Buatlah daftar keahlian kita atau bidang apa saja yang kita kuasai atau hobi yang sering kita lakukan.
Selain itu, kamu juga bisa memulainya dengan menuliskan apa saja minat kita, melakukan survei buku-buku nonfiksi apa yang laris dengan jalan-jalan ke toko buku atau browsing.
Kegiatan-kegiatan itu biasanya sangat membantu. Saat ide untuk menulis buku nonfiksi sudah datang, kita harus menentukan juga kira-kira naskah kita akan dikemas seperti apa, dan siapa yang akan membaca buku kita nantinya.
2. Mengumpulkan data
Menulis buku nonfiksi memang berbeda dengan menulis naskah buku fiksi yang membutuhkan lebih banyak imajinasi.
Menulis buku nonfiksi justru tidak menguras energi karena kita cukup menuliskan informasi dan fakta. Namun, bukan berarti kita tidak akan bekerja keras. Kita perlu memperluas pengetahuan tentang tema yang sedang kita tulis dengan melakukan riset dan mengumpulkan referensi.
Referensi dapat kita peroleh dari buku yang temanya terkait dengan naskah yang sedang kita tulis, mengumpulkan artikel dari majalah, koran, maupun internet. Pilih sumber-sumber referensi yang terpercaya ya.
3. Membuat konsep buku
Kita memerlukan konsep yang spesifik dan jelas agar bisa fokus dalam menulis buku nonfiksi, meliputi menuliskan poin-poin penting, menyusun bab, menyusun subbab, ataupun membuat pertanyaan-pertanyaan.
Kita harus sudah punya bayangan kira-kira akan membuat buku seperti apa; apakah panduan praktis, kumpulan kisah inspiratif, dan seterusnya. Kita bisa membaca buku dengan jenis yang sama sehingga buku yang kita tulis nantinya bisa memiliki keunggulan dibanding buku sejenis yang sudah ada di pasaran.
4. Gaya bahasa
Sesuaikan gaya bahasa tulisan kita dengan keperluan maupun jenis naskah buku nonfiksi yang kita tulis. Apakah untuk keperluan reportase, buku nonfiksi populer, karya ilmiah, blog dan sebagainya.
Meskipun naskah yang kita tulis merupakan jenis nonfiksi, bukan berarti kita bisa mengabaikan gaya bahasa yang kita tulis. Justru di bagian inilah yang sangat menentukan apakah naskah kita nantinya akan membuat orang lain betah membacanya.
Tema boleh unik, poin-poin yang kita sampaikan pun bisa jadi sangat menarik, dan informasi yang kita sampaikan sangat lengkap. Tapi … kalau kita menuliskannya dengan gaya bahasa yang kaku, bisa jadi pembaca merasa bosan dan hanya akan bertahan satu bab saja.
Kita bisa memilih untuk menggunakan gaya bahasa yang mengalir, mudah dipahami, namun tetap mengandung informasi yang jelas dan akurat. Bantulah pembaca agar bisa memahami isi buku kita dengan mudah. Mereka kan biasanya membaca buku nonfiksi untuk mencari referensi yang dibutuhkan, jadi jangan malah membuat kening pembaca tambah berkerut ya.

5. Sertakan data pendukung yang diperlukan
Beberapa buku nonfiksi biasanya memerlukan data pendukung. Data pendukung bisa berupa contoh kejadian, contoh aplikasi, foto, gambar, dan sebagainya.
Apabila naskah kita memerlukan gambar atau foto pendukung, maka sertakan gambar dengan kualitas yang baik dengan resolusi yang besar supaya tidak pecah saat dicetak.
6. Tuliskan bagian-bagian naskah buku dengan lengkap
Selain skill menulis, kita juga membutuhkan kesabaran dalam menulis buku nonfiksi. Kesabaran untuk memastikan bahwa naskah kita sudah memberikan informasi yang lengkap, runtut dan akurat. Kita juga perlu menuliskan kelengkapan naskah nonfiksi kita agar bisa benar-benar menjadi sebuah buku.
Tuliskan daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, pendahuluan, isi, daftar pustaka, indeks, dan profil kita sebagai penulis. Daftar gambar dan daftar tabel dapat kita sertakan jika gambar dan tabel di dalam naskah kita merupakan hal yang utama. Sedangkan indeks dapat kita cantumkan jika memang banyak istilah penting yang memerlukan penjelasan lebih lanjut di dalam naskah kita.
Semua kelengkapan naskah itu bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi buku kita.
7. Menentukan judul
Judul selalu menjadi hal pertama yang dilihat sebelum seseorang memutuskan akan membeli sebuah buku.
So, pilihlah judul yang mewakili isi naskah kita, menarik, eye catching, mengundang rasa penasaran dan rasa ingin tahu seseorang. Jika kita menulis buku nonfiksi yang berbentuk buku panduan, maka buatlah seorang calon pembaca merasa buku ini adalah buku yang dicari dan dibutuhkannya.
Ini nih, contoh judul buku nonfiksinya Stiletto Book: 50 Ide Bisnis Bermodal 5 Jutaan, Entrepreneur Talks, Hobi Jadi Bisnis, atau Kenapa Bunda Harus Bekerja. Kalau perlu, berikanlah keterangan setelah judul naskah kita, misalnya: Handbook for New Mom: Panduan lengkap merawat bayi baru lahir.
8. Self editing dan cross check data
Setelah proses menulis buku nonfiksi selesai, sebaiknya kita menunda dulu perasaan senang dan puas. Lalu, apa lagi yang harus kita lakukan?
Kita baca ulang naskah kita yuk, lakukan self editing dan cross check data agar tidak ada informasi yang hilang sehingga berpotensi membingungkan pembaca. Atau kita malah punya informasi baru yang terasa penting untuk ditambahkan.
Pastikan juga tidak ada kesalahan ketik pada naskah kita sampai hasil kerja kita terasa sempurna. Kualitas naskah kita akan menentukan “takdir” tulisan kita selanjutnya.
9. Mengirimkan proposal dan contoh tulisan ke penerbit
Nah, setelah naskah sudah matang, kita bisa memikirkan langkah selanjutnya, apakah naskah tersebut akan dipublikasikan atau tidak? Jika iya, jalan apa yang kita pilih?
Kita bisa mengirimkan naskah kepada penerbit mayor untuk diterbitkan, menawarkan pada agen naskah, atau menerbitkannya secara indie. Pilihlah penerbit yang memiliki persamaan visi dan misi dengan naskah kita agar kemungkinan naskah diterbitkan lebih besar.
Itu tadi langkah-langkah menyenangkan yang bisa kita lakukan untuk menulis buku nonfiksi yang diminati banyak pembaca.
Mau tahu kenapa menulis nonfiksi itu menyenangkan? Ini nih, testimoni dari penulis-penulis nonfiksi Stiletto Book….
“Aku suka menulis nonfiksi karena naskah nonfiksi itu lebih long lasting. Orang membeli buku nonfiksi karena membutuhkannya. Kalau fiksi umurnya pendek.”
Carolina Ratri, penulis buku Sukses Membangun Toko Online, Blogging: Have Fun and Get the Money, dan Hobi Jadi Bisnis
“Suka menulis nonfiksi karena aku suka berbagi hal-hal yang aku ketahui dan sangat puas jika pada akhirnya buku tersebut berguna buat pembaca.”
Herlina P Dewi, penulis buku Cerdas Mengelola Keuangan Pribadi, Wedding Checklist dan Entrepreneur Talks
Nah, kamu yang terbiasa menulis buku nonfiksi pasti punya alasan tersendiri kenapa menyukai menulis naskah jenis ini, kan? Share di sini ya?
Sebaliknya, kalau kamu belum terbiasa menulis buku nonfiksi dan ingin mencobanya, jangan ragu-ragu karena kamu akan mulai menikmati kegiatan menulis calon buku nonfiksi kamu.
Yuk, bikin daftar tentang hal-hal yang menarik minat kita, dan siapa tahu kita bisa menjadikannya sebuah buku. Mumpung, saat ini Stiletto Book sedang membuka pintu selebar-lebarnya untukmu mengirimkan naskah buku nonfiksi kamu. Cek pos Stiletto Book di akun Instagram ini ya. Naskah bukumu ditunggu banget lo!
Semangat ya!
Salam hangat,
Weka Swasti
Editor Stiletto Book